Filsafat Ilmu (Buku Karya Jujun Surya Sumantri)
Oleh : Mohamad Rif’at & Fadhli
BAB I
Ke Arah Pemikiran Filsafat
1.
Ilmu
dan Filsafat
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh.
Seorang ilmuan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu
sendiri. Yang kedua yakni sifat mendasar. Dia tidak lagi percaya begitu
saja bahwa ilmu itu benar. Ketiga adalah spekulatif, Kita bisa
memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak. Tugas
utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Semua
pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan spekulasi.
Filsafat : Peneratas Pengetahuan
Dalam taraf peralihan ini, maka bidang penjelajahan filsafat
menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral. Secara
konseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat. Pada
tahap peralihan ilmu masih mendasarkan kepada norma yang seharusnya, sedangkan
pada tahap terakhir ilmu mendasarkan pada penemuan alamiah sebagaimana adanya.
Dalam penyusunan pengetahuan tentang alam dan isinya ini
maka manusia tidak lagi mempergunakan metode yang bersifat normatif dan
deduktif melainkan kombinasi antara deduktif dan induktif dengan jembatan yang
berupa pengajuan hipotesis yang dikenal dengan metode Logico-hipothetico-verifikatif
“. Auguste Comte (1798-1857) membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan
tersebut kedalam tahap religius, metafisik dan positif.
Tahap religius, maka asas religilah yang dijadikan
postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi dari ajaran religi. Tahap metafisik,
orang mulai berspekulasi tentang metafisika ujud yang menjadi obyek penelaahan
yang terbatas dari dogma religi dan mengembangkan sistem pengetahuan diatas
dasar postulat metafisik tersebut. Tahap positif yakni tahap pengetahuan
ilmiah, ilmu dimana asas-asas yang digunakan diuji secara positif dalam proses
verifikasi yang obyektif.
Bidang Telaah Filsafat
Menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh
manusia. Pada tahap mula, filsafat mempersoalkan siapa manusia itu.
Tahap kedua adalah pernyataan yang berkisar tentang ada : tentang
hidup dan eksistensi manusia. Tahap ketiga, Seorang ilmuan bicara
panjang lebar tentang suatu penemuan ilmiah dalam risetnya.
Cabang-cabang Filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji mencakup tiga segi yakni
logika, etika dan estetika. Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah
lagi yakni: (1) Teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat dan pikiran
yang semuanya terangkum dalam metafisika. (2) Politik : yakni kajian mengenai organisasi
sosial atau pemerintahan yang ideal.
Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi
cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang
filsafat ini mencakup:Epistemologis, Filsafat Ilmu Etika (Moral), Filsafat
Pendidikan, Estetika (Seni), Filsafat Hukum, Metafisika, Filsafat Sejarah,
Politik, Filsafat Matematika,Filsafat Agama.
Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologis (filsafat
pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dengan ilmu sosial,
namun karena permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu sering
dibagi menjadi filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu sosial.Dari semua pengetahuan
maka ilmu merupakan pengetahuan aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya
lebih jauh berkembang dibandingkan dengan pengetahuan lain dan dilaksanakan
secara konsekuen dan penuh disiplin. Pengertian ilmu secara disiplin yakni
pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan
penuh tanggung jawab dan kesungguhannya. Sarana berpikir ilmiah yakni bahasa,logika,
matematika dan statistika. Aspek yang berkaitan erat dengan kegiatan
keilmuan seperti aspek moral, sosial, pendidikan dan kebudayaan.
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
2.
Penalaran
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua
hal yakni pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua,
kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka pikiran tertentu. Secara garis
besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.
Hakikat Penalaran
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan
kegiatan berpikir dan bukan pada perasaan. Tidak semua kegiatan berpikir
menyandarkan diri pada penalaran. Sebagai suatu kegiatan berpikir,
penalaran mempunyai cirri-ciri tertentu yakni pertama, adanya suatu pola
berpikir secara luas disebut logika. Kedua, sifat analitik dari proses
berpikirnya,kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Intuisi
merupakan kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri pada
suatu pola berpikir tertentu.
Bentuk lain dari usaha manusia untuk mendapatkan pengetahuan
yakni wahyu. Dua jenis pengetahuan. Pertama, pengetahuan yang
didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari manusia untuk menemukan
kebenaran, baik melalui penalaran maupun lewat kegiatan perasaan dan intuisi. Kedua,
yang bukan merupakan kebenaran yang didapat sebagai hasil usaha aktif manusia.
Dalam hal wahyu dan intuisi, maka secara implicit kita mengakui bahwa wahyu dan
intuisi adalah sumber pengetahuan. Dengan wahyu kita mendapatkan pengetahuan
lewat keyakinan bahwa yang diwahyukan adalah benar. Intuisi adalah sumber
pengetahuan yang benar, meskipun kehiatan berpikir intuisi tidak memiliki
logika. Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada
rasio dan fakta. Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari
penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran
induktif dengan empirisme.
3.
Logika
Dua cara penarikan kesimpulan yakni, logika induktif dan
logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat
umum. Logika deduktif menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum
menjadi kasus yang bersifat khusus.
Induksi merupakan cara berpikir dimana
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Kesimpulan yang bersifat umum mempunyai dua keuntungan yakni pertama,
pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Kedua, dimungkinkan
proses penalaran selanjutnya baik secara deduktif maupun secara induktif. Deduksi
adalah cara berpikir dimana yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir
yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan
sebuah kesimpulan.
4.
Sumber
Pengetahuan
Pertama mendasarkan diri pada rasio dan yang kedua
mendasarkan diri pada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham
rasionalisme. Mereka yang mendasarkan diri pada pengalaman mengembangkan paham
empirisme.
Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam menyususn
pengetahuaannya. Ide bagi kaum rasionalis adalah bersifat aproiri dan
pengalamannya yang didapatkan manusia lewat penalaran rasional. Kaum empiris berpendapat
bahwa pengetahuan manusia bukan didapatkan lewat penalaran rasional yang
abstrak namun lewat pengalaman yang konkret. Masalah utama yang timbul
dari penyusunan ini ialah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung
untuk menjadi kumpulan fakta-fakta. Masalah kedua adalah mengenai
hakikat pengalaman yang merupaakan cara dalam menemukan pengetahuan dan panca
indera sebagai alat yang menagkapnya. Cara lain untuk mendapatkan pengetahuan
adalah intuisi dan wahyu.
5.
Kriteria
Kebenaran
Berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar
apabila pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Paham lain adalah kebenaran berdasarkan pada
teori korespondensi, suatu pernyataan adalah benar apabila materi pengetahuan
yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut.
Penalaran teoritis yang berdasarkan logika deduktif jelas
menggunakan teori koherensi. Proses pembuktian secara empiris dalam bentuk
pengumpulan fakta-fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu menggunakan
teori kebenaran pragmatis. Bagi seorang pragmatis maka kebenaran suatu
pernyataan bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya suatu
pernyataan benar apabila pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia.
BAB III
ONTOLOGI : HAKIKAT APA YANG DIKAJI
6.
Metafisika
Bidang telaah filsafat yang disebut metafisika merupakan
tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah.
Beberapa tafsiran metafisika
Tafsiran yang pertama diberikan oleh manusia terhadap alam
adalah ada ujud yang bersifat gaib (supranatural) dan ujud ini bersifat lebih
tinggi dibandingkan alam yang nyata. Kebaikan supranatural, ada
paham naturalisme yang menolak pendapat bahwa terdapat ujud yang
bersifat supranatural ini. Materialisme (paham naturalisme) berpendapat
bahwa gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib,
melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri. Bagi kaum
vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik dan berbeda secara substantif
dengan proses tersebut. Aliran monistik mempunyai pendapat yang tidak
membedakan antara pikiran dan zat, mereka hanya berbeda dalam gejala yang
disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama.
7. Asumsi
Determinisme, yakni hukum yang bersifat universal atau hukum semacam itu
tidak terdapat sebab setiap gejala merupakan akibat pilihan bebas atau
keumuman yang ada namun berupa peluang sekedar tangkapan probabilistik.
Determinisme, pilihan bebas dan probabikistik merupakan permasalan filsafati
yang rumit namun menarik. Pilihan bebas dan probabilistik baru bisa dilakukan
jika hukum itu memang ada. Jika hukum itu tidak ada maka masalah determinasi,
probabilitas, dan kehendak bebas sama sekali tidak muncul.
Pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh
zat dan gerak yang bersifat universal. Aliran ini merupakan lawan dari paham
fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang
telah ditentukan lebih dulu. Paham determinisme ini bertentangan dengan
penganut pilihan bebas yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
menentukan pilihannya tidak terikat pada hukum alam yang tidak memberikan
alternatif. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia untuk
memecahkan masalah praktis sehari hari tidaklah perlu memiliki kemutlakan
seperti agama yang barfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling
hakiki dari kehidupan ini.
8. Peluang
Ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk
mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak. Ilmu memberikan pengetahuan
sebagai dasar untuk mengambil keputusan, dimana keputusan harus didasarkan pada
penafsiran pemikiran ilmiah yang bersifat relatif.
9. Beberapa asumsi dalam ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis
yang dapat membantu kehidupan manusia secara pragmatis. Dalam
mengembangkan asumsi ini maka harus diperhatikan beberapa hal. Pertama, asumsi
ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin
keilmuan.Berdasarkan asumsi ini dapat dikembangkan beberapa model strategi dan
praktek administrasi. Kedua, Asumsi ini harus disimpulkan dari
“keadaan sebagaimana adanya” bukan “bagaimana keadaan yang sebenarnya”. Asumsi
yang pertama adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi yang
kedua adalah asumsi yang mendasari telaah moral.
10. Batas-batas penjelajahan ilmu
Fungsi ilmu dalam kehidupan manusia adalah sebagai alat
pembantu manusia dalam menanggulangi masalah yang dihadapinya. Ilmu membatasi
lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode
yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris.
Ruang penjelajahan keilmun kemudian menjadi kapling-kapling disiplin keilmuan. Sempitnya
daerah penjelajahan satu bidang keilmuan maka sering diperlukan pandangan dari
disiplin lain. Tanpa kejelasan batas-batas ini maka pendekatan multi disipliner
tidak akan bersifat konstruktif.
Cabang-cabang ilmu
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari
dua cabang utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu alam dan
filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang ilmu sosial. Ilmu
murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan
teoritis yang belum dikaitkan dengan masalah-masalah kehidupan yang bersifat
praktis. Ilmu terapan merupakan aplikasi ilmu murni kepada
masalah-massalah kehidupan yang mempunyai manfaat praktis.
BAB IV
EPISTEMOLOGIS: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN
YANG BENAR
11. Jarum Sejarah Pengetahuan
Pembedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan, yang
mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya merubah
struktur kemasyarakatan. Salah satu cabang pengetahuan yang berkembang menurut
jalannya sendiri adalah ilmu yang berbeda dengan pengetahuan lainnya dalam segi
metodenya. Secara metafisik ilmu mulai dipisahkan dengan moral. Berdasarkan
obyek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu alam dan ilmu sosial. Pendekatan
interdisipliner merupakan keharusan namun tidak dengan menghamburkan otonomi
masing-masing disiplin keilmuan yang telah berkembang berdasarkan routenya
masing-masing, melainkan dengan menciptakan paradigma baru. Paradigma ini bukan
ilmu melainkan cara berpikir ilmiah seperti logika, matematika, statistika dan
bahasa. Pendekatan interdisipliner bukan merupakan fusi dari berbagai disiplin
keilmuan yang akan menimbulkan anarki keilmuan, melainkan suatu federasi yang
diikat oleh suatu pendekatan tertentu, dimana disiplin keilmuan dengan
otonominya masing-masing, saling menyumbangkan analisisnya dalam mengkaji obyek
yang mengkaji telaahan bersama.
12. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu khasanah mental yang secara
langsung maupun tidak langsung tirut memperkaya kehidupan kita. Secara
ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian obyek yang berada pada lingkup
pengalaman manusia sedangkan agama memasuki pula daerah penjelajahan yang
bersifat transendental yang berada diluar pengalaman kita. Metode ilmiah adalah
cara yang dilakukan ilmu untuk menyusun pengetahuan yang benar. Setiap jenis
pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai ontologi,epistemologi,
dan aksiologi. Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi
kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. Pada peradaban tertentu perkembangan
ilmu terapan sifatnya kuantitatif, artinya perkembangan ditandai dengan
terkumpulnya lebih banyak lagi pengetahuan yang sejenis. Pada peradaban lain
pengembangannya bersifat kualitatif, artinya dikembangkan konsep-konsep
baru yang bersifat mendasar dan teoritis.
Karakteristik akal sehat diberikan oleh titus sebagai
berikut: 1) Karena landasannya yang berakar pada adat dan tradisi maka akal
sehat cenderung untuk bersifat kebiasaan dan pengulangan. 2) Karena
landasannya berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung untuk bersifat
kaburdan samar-samar. 3) Karena kesimpulan yang ditariknya sering berdassarkan
asumsi yang tidak dikaji lebih lanjut maka akal sehat merupakan pengetahuan
yang tidak teruji. Rasionalisme dengan kerangka berpikir deduktifnya sering
menghasilkan kesimpulan yang benar bila ditinjau dari alur logikanya namun
ternyata sangat bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Metode ilmiah
memanfaatkan kelebihan metode-metode berpikir yang ada dan memperkecil
kekurangannya.
13. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui
sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Metodologi ilmiah
merupakan pengkajian dari peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Dengan
cara ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik
tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional yang teruji
dan memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang
dapat diandalkan. Teori korespondensi menyebutkan bahwa pernyataan dianggap
benar apabila terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan itu.
Perkembangan kebudayaan ada tiga tahap yakni tahap mistis,
ontologis dan fungsional. Tahap mistis adalah sikap manusia yang
menyatakan dirinya terkepung oleh kekuatan gaib disekitarnya. Tahap
ontologis adalah sikap manusia yang tidak lagi merasakan dirinya terkepung
oleh kekuatan gaib dan bersikap mengambil jarak dari obyek disekitarnya serta
mulai melakukan telaah terhadap obyek tersebut. Tahap fungsional adalah
sikap manusia yang memfungsionalkan ilmu itu untuk dirinya sendiri.
Semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yakni (a)
harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak
terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan, dan (b) harus
cocok dengan fakta empiris sebab teori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya
tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara
ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi
ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: Perumusan
masalah, penyusunan kerangka,perumusan hipotesis, pengujian hipotesis,
penarikan kesimpulan.
Sifat eksplisit memungkinka terjadinya komunikasi yang
intensif pada kalangan masyarakat ilmuan. Ilmu ditemukan secara individual
namun dimanfaatkan secara sosial. Secara kumulatif maka teori ilmiah
berkembang seperti piramida terbalik yang makin lama makin tinggi. Sikap pragmatis
dari ilmu adalah cocok dengan perkembangan peradaban manusia dimana telah
terbukti secara nyata peranan ilmu dalam membangun peradaban tersebut. Ilmu
dapat memberikan jawaban positif terhadap masalah yang dihadapi manusia pada
waktu tertentu. Cara berpikir sistem bukan disiplin keilmuan baru merupakan
sarana berpikir yang membantu proses pengkajian kita seperti logika, bahasa,
matematika dan ststistika.
14.Struktur Pengetahuan Ilmiah
Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang
bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan
serangkaian tindakan untuk menguasai gejala-gejala tersebut berdasarkan
penjelasan yang ada. Pengetahuan ilmiah pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi
yakni menjelaskan, meramalkan dan mengkontrol. Terdapat empat jenis penjelasan
yakni deduktif, probabilistik, fungsional, dn genetik. Deduktif
menggunakan cara berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan
menarik kesimpulan secara logis dari premis yang telah ditentukan sebelumnya. Probabilistik
merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus
dengan demikian tidak memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif
melainkan penjelasan yang bersifat peluang. Fungsional merupakan
penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara
keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau perkembangan tertentu. Genetik
menggunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang
muncul kemudian.
Teori
merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor
tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Hukum pada hakikatnya merupakan
pernyataan yang merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu
kaitan sebab akibat. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini harus
mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau secara idealnya, harus bersifat
universal. Demi kepraktisan ilmu tidak merupakan kumpulan pengetahuan uang
bersifat kasus, melainkan pengetahuan yang bersifat umum yang disimpulkan dari
berbagai kasus. Makin tinggi tingkat keumuman sebuah konsep maka makin teoritis
konsep tersebut. Makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh pernyataan yang
dikandungnya bila dikaitkan dengan gejala fisik yang tampak nyata.
Tidaklah berarti bahwa metode ilmiah dari ilmu sosial
berbeda dengan metode ilmiah ilmu alam. Keduanya tetap menggunakan metode
ilmiah yang sama namun dengan tahap penerapan dan teknik-teknik operasional
yang berbeda. Disamping hukum maka teori keilmuan juga mengenal kategori
pernyataan yang disebut prinsip. Prinsip dapat diartikan sebagai
pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang
mampu menjelaskan kejadian yang berlaku. Postulat merupakan asumsi dasar
yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Postulat ilmiah
ditetapkan tanpa melalui prosedur melainkan ditetapkan begitu saja. Pada
hakikatnya postulat merupakan anggapan yang ditetapkan secara sembarang dengan
kebenaran yang tidak dibuktikan. Sebuah postulat dapat diterima sekiranya
ramalan yang bertumpu kepada postulat kebenarannya dapat dibuktikan. Bila
postulat dalam pengajuannya tidak memerlukan bukti tanpa kebenarannya
maka hal ini berlainan dengan asumsi yang harus ditetapkan dalam
argumentasi ilmiah. Asumsi harus merupakan pernyataan yang kebenarannya secara
empiris dapat diuji. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru
yang sebelumnya belum pernah diketahui dinamakan penelitian murni atau
penelitian dasar. Sedangkan yang telah diketahui dinamakan penelitian terapan.
Manusia disebut juga homo faber (makhluk yang membuat peralatan)
disamping homo sapiens (makhluk yang berpikir) yang mencerminkan kaitan
antara pengetahuan yang bersifat teoritis dengan teknologi yang bersifat
praktis.
BAB V
SARANA BERPIKIR ILMIAH
15. Sarana Berpikir Ilmiah
Manusia sering disebut sebagai homo faber, makhluk
yang membuat alat dan kemungkinan membuat alat itu dimungkinkan oleh
pengetahuan. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang
bersifat imperatif bagi seorang ilmuan. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan
alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
Sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu,
sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah
secara menyeluruh. Artinya kita mempelajari sarana berpikir ilmiah seperti kita
mempelajari berbagai cabang ilmu. Hal yang harus diperhatikan, Pertama
sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu
merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Kedua,
tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan
untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan
masalah kita sehari-hari. Sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri,
sebab fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, dan bukan
merupakan ilmu itu sendiri.
16. Bahasa
Dengan menguasai bahasa maka seseorang akan menguasai
pengetahuan. Batas bahasaku adalah batas duniaku. Keunikan manusia sebenarnya
bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya
berbahasa. Tanpa kemampuan berbahasa maka manusia tidak mungkin mengembangkan
kebudayaannya sebab tanpa mempunyai bahasa maka hilang pula kemampuan untuk
meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi
selanjutnya dan manusia tidak akan berpikir secara rumit dan abstrak seperti
apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Bahasa memungkinkan manusia
berpikir secara abstrak dimana obyek-obyek yang faktual ditransformasikan
menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Tanpa kehadiran obyek
secara faktual maka komunikasi tidak dapat dilaksanakan. Adanya simbol bahasa
yang bersifat abstrak memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara
berlanjut. Bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir secara teratur dan sistematis.
Informasi yang kita sampaikan mengandung unsur-unsur emotif, demikian juga
kalau kita penyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur-unsur
informatif. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan dan
sikap. Dinyatakan oleh kneller bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi
simbolik, emotif dan afektif. Salah satu kelemahan bahasa sebagai sarana
komunikasi ilmiah dimana menurut kemeny bahasa memiliki kecendrungan emosional.
Apakah Sebenarnya Bahasa ?
Bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi.
Komunikasi dengan mempergunakan bunyi ini dikatakan juga sebagai komunikasi
verbal dan manusia yang bermasyarakat dengan alat komunikasi bunyi, disebut
juga sebagai masyarakat verbal. Bahasa sebagai lambang dimana rangkaian bunyi
ini membentuk arti tertentu. Bahasa diperkaya oleh seluruh lapisan
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Adanya lambang-lambang ini
memungkinkan manusia dapat berpikir dan belajar lebih baik. Adanya bahasa
memungkinkan kita untuk memikirkan sesuatu dalam benak kepala kita, meskipun
obyek yang sedang kita pikirkan tersebut tidak berada didekat kita. Dengan
bahasa kita bisa mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Dengan adanya bahasa
maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia
simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Kebudayaan membentuk manusia dengan
menekan dorongan-dorongan alami mereka, mensublimasikannya menjadi sesuatu yang
berbudaya yang kemudian merupakan dasar bagi pembentukan kebudayaan. Lewat bahasa
manusia menyusun sendi-sendi yang membuka rahasia alam dalam berbagai teori.
Beberapa Kekurangan Bahasa
Pertama,
kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang
bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif dan
simbolik. Bahasa ilmiah pada hakikatya harus bersifat obyektit tanpa mengandung
emosi dan sikap, bahasa ilmiah harus bersifat antiseptik dan reproduktif. Kedua,
terletak pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung olek kata-kata
yang membangun bahasa. Ketiga, bahasa mempunyai beberapa kata yang
memberikan arti yang sama. Bahasa sering bersifat berputar-putar
(sirkular) dalam mempergunakan kata-kata terutama dalam memberikan definisi. Keempat,
konotasi yang bersifat emosional.Kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan ahli
filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai logika bahasa.
17.Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna
dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika
bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan kepadanya. Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka
kita berpaling kepada matematika. Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk
menghilangkan sifat kubur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Matematika
mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika
mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran
secara kuantitatif. Dengan bahasa verbal kita membandingkan dua obyek yang
berlainan. Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat
kualitatif. Sifat kuantitatif dari matematika meningkatkan daya prediktif
dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang
memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat.
Beberapa Aliran Dalam Filsafat Matematika
Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik
apoiri dimana eksistensi matematika tergantung pada panca indera dan pendapat
dari aliran yang disebut kaum logistik yang berpendapat bahwa matematika
merupakan cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa
mempelajari dunia empiris. Kaum formalis menyatakan bahwa banyak
masalah-masalah dalam bidang logika yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan
matematika, Kaum ini menekankan pada aspek formal dari matematika sebagai
bahasa perlambang dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika
sebagai bahasa lambang. Kaum intusionis menyatakan bahwa intuisi murni
dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan.
Matematika dan Peradaban
Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan
untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah. Bagi bidang
keilmuan modern, matematika adalah sesuatu yang imperatif. Sebuah sarana untuk
meningkatkan kemampuan penalaran deduktif.
18. Statistika
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi
variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.
Statistika dan Cara Berpikir Induktif
Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sarana
penalaran penarikan kesimpulan, sedangkan logika induktif berpaling kepada
statistika. Statistika merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan
kesimpulan induktif secara lebih seksama. Dalam penalaran deduktif maka
penarikan kesimpulan yang ditarik adalah benar sekiranya premis yang digunakan
adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan penalaran
induktif meskipun premisnya adalah benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar.
Statistika adalah pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat
peluang dengan eksak.
Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan
yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang
sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi
tingkat ketelitian tersebut. Sebaliknya makin sedikit contoh yang diambil maka
makin rendah tingkat ketelitiannya. Statistika memberikan kemampuan untuk
mengetahui apakah suatu hubungan kasualita antara dua faktor atau lebih
bersifat kebetulan atau memang terkait dalam suatu hubungan yang bersifat
empiris.
Karakteristik Berpikir Induktif
Dasar dari teori statistika adalah teori peluang. Menurut
bidang pengkajiannya statistika dapat kita bedakan sebagai statistika teoritis
dan statistika terapan. Statistika teoritis merupakan pengetahuan yang
mengkaji dasar teori statistika. Statistika terapan merupakan pengunnaan
statistika teoritis yang disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya.
Statistika memberikan jalan bagaimana kita menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari contoh tersebut dengan tingkat peluangnya dan kekeliruannya. Tanpa
menguasai statistika adalah tidak mungkin untuk bisa menarik kesimpulan
induktif dengan sah. Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah.
19.Ilmu dan Moral
Ilmu bukan lagi sarana yang membantu manusia mencapai tujuan
hidupnya namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri. Secara metafisik ilmu
ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan pada pihak lain ilmu
mendasarkan pada pernyataan yang terdapat dalam ajaran diluar bidang keilmuan
diantaranya adalah agama. Konsep ilmiah yang bersifat abstrak menjelma dalam
bentuk kongkret yang berupa teknologi. Ilmu tidak saja bertujuan menjelaskan
gejala alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman namun bertujuan memanipulasi
faktor-faktor yang terkait dengan gejala tersebut untuk mengkontrol dan
mengarahkan proses yang terjadi.
Perkembangan ilmu didasarkan pada (1) Ilmu secara faktual
telah dipergunakan secara dertruktif oleh manusia yang ditunjukkan dengan
adanya dua perang dunia yang menggunakan teknologi keilmuan. (2) Ilmu
makin berkembang dengan pesat dan makin estorik sehingga kaum ilmuan telah
mengetahui tentang ekses-ekses yang terjadi bila terjadi penyalahgunaan. (3)
Ilmu telah berkembang dengan pesat terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat
mengubah manusia pada kasus genetika. Tanpa landasan moral maka ilmuan mudah
sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual.
20. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
Penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan
pengunaan ilmu secara sosial. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada
penelaahan dan keilmuan secara individual namun ikut bertanggung jawab agar
produk sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. dia mempunyai kewajiban
sosial untuk menyampaikan hal itu kepada masyarakat banyak dalam bahasa
yang mereka cerna. Kemampuan analisis seorang ilmuan dapat digunakan untuk
mengubah kegiatan non produktif menjadi kegiatan produktif yang bermanfaat bagi
masyarakat banyak. Dengan kemampuan pengetahuannya seorang ilmuan harus bisa
mempengaruhi masyarakat terhadap masalah yang mereka sadari. Seorang ilmuan
tidak menolak atau menerima sesuatu secara begitu saja tanpa pemikiran yang
cermat. Di bidang etika tanggung jawab ilmuan tidak hanya memberikan informasi
namun memberi contoh.
21. Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang ilmuan secara moral tidak akan membiarkan hasil
penemuanya digunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu
adalah bangsanya sendiri. Tugas ilmuan adalah menghilangkan terjadinya
peperangan meskipun hal ini merupakan hal yang hampir mustahil terjadi.
Pengetahuan merupakan kekuasaan yang dapat dipakai untuk kemaslahatan
kemanusiaan namun sebaliknya dapat pula disalahgunakan. Seorang ilmuan
tidak boleh menyembunyikan hasil penemuan apapun juga dari masyarakat luas
serta apapun juga yang menjadi konsekuensinya. Seorang ilmuan tidak boleh
memutarbalikkan penemuannya bila hipotesis yang dijunjung tinggi yang disusun
diatas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral teryata hancur
berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.
22. Revolusi Genetika
Kemajuan dalam bidang kimia dan fisika membawa manfaat yang
banyak untuk kehidupan manusia. Namun kemajuan ini juga membawa malapetaka.
Ilmu berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu manusia untuk mencapai tujuan
hidupnya. Penemuan dalam riset genetika akan dipergunakan dengan itikad baik
untuk keluhuran manusia. Jadi ada sikap yang menolak terhadap dijadikannya
manusia sebagai obyek penelitian genetika. Menghadapi nuklir yang sudah
merupakan kenyataan maka moral hanya mampu memberikan penilaian yang bersifat
aksiologis.
BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN
23.Manusia dan Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat serta kemampuan dan
kebiasaaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Lima
pokok kehidupan manusia yakni kebutuhan fisiologi,,rasa aman, afikiasi, harga
diri dan pengembangan potensi. Manusia tidak punya kemampuan bertindak secara
otomatis yang berdasarkan instink tersebut oleh sebab itu dia berpaling pada
kebudayaan yang mengajarkan cara hidup. Nilai-nilai kebudayaan adalah jiwa dari
kebudayaan.
Kebudayaan dan Pendidikan
Enam nilai dasar dari kebudayaan yakni teori, ekonomi,
estetika, social,politik dan agama. Nilai teori adalah hakikat penemuan
kebenaran lewat berbagai metode seperti rasionalisme, empirisme dan metode
ilmiah. Nilai ekonomi mencakup kegunaan dari berbagai benda dalam
memenuhi kebutuhan manusia. Nilai estetika berhubungan dengan keindahan
dan segi artistic yang menyangkut kesenian lain yang memberikan kenikmatan
terhadap manusia. Nilai social berorientasi pada hubungan manusia dan
penekanan segi-segi kemanusiaan yang luhur. Nilai politik berpusat pada
kekuasaan dan pengaruh baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dunia politik.
Nilai agama merengkuh penghayatan yang bersifat mistik dan trasendental
dalam usaha manusia untuk mengerti dan member arti bagi kehadirannya dimuka
bumi. Karakteristik masyarakat dalam memperhatikan perkembangan yakni (1)
Memperhatikan tujuan dan strategi pembangunan nasional. (2) Pengembangan
kebudayaan ditunjukan kearah perwujudan peradaban yang bersifat khas
berdasarkan filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia yakni pancasila.
24.Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Pengembangan kebudayaan nasional merupakan bagian dari
kegiatan suatu bangsa, baik disadari atau tidak maupun dinyatakan secara
emplisit atau tidak. Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu
mempunyai peranan. Pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung
terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional. Kedua, ilmu merupakan
sumber nilai untuk mengisi pembentukan watak suatu bangsa. Dari hakikat
berpikir ilmiah ada beberapa karakteristik dari ilmu. Pertama adalah
bahwa ilmu mempunyai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar. Kedua adalah alur jalan pikiran yang logis yang konsisten dengan
pengetahuan yang telah ada. Ketiga pengujian secara empiris sebagai
criteria kebenaran obyektif. Maka manfaat nilai dapat ditarik dari
karakteristik ilmu yang bersifat rasional, logis, obyektif dan terbuka.
Ilmu Sebagai Asas Moral
Ilmu bertujuan untuk mencari kebenaran. Kriteria kebenaran
pada hakikatnya bersifat otonom dan terbebas dari struktur kekuasaan diluar
bidang keilmuan. Dua karakteristik ini merupakan asas moral bagi kaum ilmuan
yakni meninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal.
Nilai-Nilai Ilmiah Dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Hakikat keilmuan yakni kritis, rasional, logis, obyektif,
terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal. Pengembangan kebudayaan
nasional pada hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaaan yang sekarang
bersifat konvensional kearah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan
aspirasi dan tujuan nasional. Proses pengembangan kebudayaan ini pada dasarnya
adalah penafsiran kembali dari nilai-nilai konvensional agar lebih
sesuai dengan tuntutan zaman serta penumbuhan nilai-nilai baru yang
fungsional.
Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan
Langkah-langkah yang sistemik dan sistematik untuk
meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan yang mengandung beberapa pemikiran
yaitu Pertama, Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab
itu langkah-langkah kearah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan
harus memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat. Kedua, Ilmu merupakan
salah satu cara dalam menemukan kebenaran. Ketiga, asumsi dasar dari
semua kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa percaya terhadp metode
yang digunakan dalam kehidupan tersebut. Keempat, pendidikan keilmuan
harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral. Kelima, pengembangan
bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang filsafat
terutama yang menyangkut keilmuan. Keenam, kegiatan ilmiah harus
bersifat otonom yang terbebas dari kekangan struktur kekuasaan.
25. Dua Pola Kebudayaan
Dua kebudayaan dalam bidang keilmuan yakni ilmu alam dan
ilmu sosial. Ilmu sosial harus berkembang kearah ilmu kuantitatif kalau mau
mempertahankan diri sebagai pengetahuan yang fungsional dalam peradabab
manusia. Ilmu ekonomi merupakan ilmu sosial yang paling pertama memasuki tahap
dan tidak dapat dipungkiri bahwa sekarang ilmu ekonomi merupakan ilmu
kuantitatif yang par exellence. Eksistensi pembagian jurusan ditentukan
oleh dua asumsi yakni pertama, mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang
berbeda dalam pendidikan matematika yang mengharuskan kita mengembangkan pola
pendidikan yang berbada pula. Dengan berkembangnya teknologi maka seseorang
yang mempunyai bakat berpikir kelas satu namun hanya mempunyai bakat matematika
sedang bisa berkembang menjadi ilmuan yang bermutu. Dalam tahap perkembangan
sekarang ini pembagian jurusan dalam sistem pendidikan berdasarkan bidang
keilmuan sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Adanya dua pola kebudayaan dalam
bidang keilmuan bukan saja merupakan suatu yang regresif melainkan juga
destruktif, bukan saja bagi kemajuan ilmu tapi juga pembangunan peradaban
secara keseluruhan.
BAB VIII
ILMU DAN BAHASA
26. Tentang Terminologi : Ilmu, ilmu Pengetahuan dan Sians?
Terminologi ketahuan adalah terminologi artifisial yang
bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai
keseluruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui
sesuatu. ketahuan ini ada tiga kriteria yakni ;
1. Obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap ujud yang
dapat dijangkau lewat panca indera atau alat yang membantu kemampuan panca
indera.
2. Landasan epistemologis : Metoe ilmiah yang berdasarkan
gabungan logika deduktif dan induktif dengan pengajuan hipotesis.
3. Landasan aksiologis: Kemaslahatan manusia artinya segenap
ujud ketahuan itu secara moral ditujukan pada untuk kebaikan hidup manusia.
Beberapa Alternatif
Alternatif pertama adalah menggunakan ilmu pengetahuan untuk
science dan pengetahuan untuk knowledge. Alternatif kedua didasarkan kepada
asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah dua kata benda yaitu ilmu
dan pengetahuan. Kata sifat dari ilmu adalah ilmiah atau keilmuan : metode yang
dipergunaakan dalam kegiatan ilmiah (keilmuan) adalah metode ilmiah keilmuan.
Sains : Adopsi yang Kurang Dapat Dipertanggungjawabkan
Sains adalah terminologi yang dipinjam dari bahasa inggris
yakni science. Bahwa terminologis science dalam bahasa asalnya penggunaanya
sering dikaitkan dengan natural science seperti teknik. Ilmu sosial bukanlah
science, prefensi utama penggunaan kata science adalah untuk ilmu alam.
27.Quo Vadis ?
Ilmu kebatinan adalah salah sebab seharusnya kebatinan bukan
ilmu melainkan pengetahuan. Dengan mengambil ilmu pengetahuan untuk scientific
knowledge, ilmu untuk knowledge, dan pengetahuan untuk science, maka harus
dibedakan beberapa perubahan antara lain (1) metode ilmiah harus diganti dengan
metode pengetahuan. (2) ilmu sosial itu harus diganti dengan pengetahuan
sosial. (3) ilmuan harus diganti dengan ahli pengetahuan. Dengan demikian
terminologi yang berkaitan dengan dunia keilmuan secara tuntas dapat
dijernihkan.
28. Politik Bahasa Nasional
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni pertama,
sebagai srana komunikasi antara manusia dan yang kedua sebagai sarana
budaya dan yang kedua sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia
yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi yang pertama dapat kita sebutkan
sebagai fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua sebagai fungsi kohesif atau
integratif. Sebagai alat komunikasi bahasa pada pokoknya mencakup tiga unsur
yakni pertama, bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan
yang berkonotasi perasaan (emotif), kedua, berkonotasi sikap afektif,
dan yang ketiga, berkonotasi pikiran atau penalaran.
BAB IX
PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH
29. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah
Pengajuan Masalah
Langkah pertama dalam suatu penelitiaan ilmiah adalah mengajukan
masalah. Secara operasional suatu gejala dapat dikatakan masalah bila
gejala tersebut berada pada suatu situasi tertentu. Identifikasi masalah
merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu obyek
dalam suatu jalinan tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah. Pembatasan
masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas permasalahan dengan jelas
yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk dalam
lingkup permasalahan dan faktor yang tidak. Perumusan masalah merupakan
pernyataan untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan apa saja yang ingin kita
cari jawabannya. Untuk menemukan jawaban kita dapat mengembangkan kerangka
pemikiran yang berupa kajian teoritis berdasarkan pengetahuan ilmiah yang
relevan serta memungkinkan kita untuk melakukan pengujian secara empiris
terhadap kesimpulan analisis teoritis, maka secara konseptual masalah tersebut
sudah berhasil dirumuskan. Kemudian menyatakan tujuan penelitian, adalah
pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan
masalah yang telah dirumuskannya.
Pengajuan Masalah
1. Latar Belakang
Masalah 4. Perumusan
Masalah
2. Identifikasi
Masalah
5. Tujuan Penelitian
3. Pembatasan
Masalah
6. Kegunaan Penelitian
Penyusunan kerangka teoritis
Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah
kedua dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Cara ilmiah dalam
memecahkan suatu persoalan pada dasarnya adalah menpergunakan pengetahuan
ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji permasalahan agar kita
menemukan jawaban yang dapat diandalkan. Kriteria pertama agar suatu kerangka
pemikiran bisa meyakinkan semua ilmuan adalah alur yang logis dalam membantu
suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.
Penyusunan Kerangka Teoritis dan Pengajuan Hipotesis
1. Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan digunakan
dalam analisis
2. Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan
3. Penyusunan kerangka berpikir dalam pegajuan hipotesis dengan
menggunakan premis seperti tercantum dalam butir (1) dan (2) dengan menyatakan
secara postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan
4. Perumusan hipotesis
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai
metode yang dipergunakan dalam penelitian. Proses verifikasi adalah
mengumpulkan dan menganalisis data dimana kesimpulan yang ditarik kemudian
dibandingkan dengan hipotesis untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan
tersebut diterima atau ditolak. Metodologi penelitian yakni:
1. Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam
bentuk pernyataan yang mengidentifikasikan variabel dan karakteristik hubungan
yang akan diteliti.
2. Tempat dan waktu penelitian dimana akan dilakukan
generalisasi mengenai variabel yang diteliti
3. Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan
penelitian dan tingkat generalisasi yang diharapkan.
4. Tingkat pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan
penelitian, tingkat keumuman dan metode penelitian
5. Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel
yang akan dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrumen dan teknik
mendapatkan data.
6. Teknik analisis data yang mencakup langkah dan teknk
analisis yang dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis.
Hasil Penelitian
1. Menyatakan variabel-variabel yang diteliti
2. Menyatakan teknik analisis data
3. Mendiskripsikan hasil analisis data
4. Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data
5. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah diterima atau
ditolak
Ringkasan dan Kesimpulan
1. Diskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teotitis,
hipotesis, metodologi, dan penemuan penelitian.
2. Kesimpulsn penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan
keseluruhan aspek tersebut diatas
3. Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan
perbandingan terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan
4. Mengkaji implikasi penelitian
5. Mengajukan saran.
Abstrak
Abstrak merupakan seluruh rigkasan kegiatan penelitian yang
paling banyak terdiri dari tiga halaman. Keseluruhan abstrak merupakan sebuah
esai yang utuh dan tidak dibatasi oleh sub judul. Abstrak mencakup keseluruhan
pokok pernyataan penelitian mengenai masalah, hipotesis, metodologi, dan
kesimpulsn penelitian.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan sumber referensi bagi seluruh
kegiatan penelitian.
Riwayat Hidup
Merupakan diskripsi dari latar belakang pendidikan dan
pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan penelitian ilmiah yang disampaikan.
Usulan Penelitian
Usulan penelitian mencakup langkah pengajuan masalah,
penyusunsn kerangka teoritis, dan pengajuan hipotesis serta metodologi
penelitian.
Lain-lain
Mencakup halaman judul, lingkup laporan yang akan
disampaikan beserta penghargaan, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,
lembar persetujuan, abstrak.
Penutup dan Catatan Akhir
30. Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya
penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah secara teknik notasi dalam
menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan.
Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif artinya bahwa si penerima
pesan mendapatkan kopi yang sama dengan prototype yang disampaikan pemberi
pesan, seperti fotocopy. Harus bersifat impersonal, artinya menyampaikan
proses pengumpulan data dengan kalimat yang impersonal. Pernyataan ilmiah harus
mencakup pertama, harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat
pertanyaan tersebut. Kedua identifikasi media komunikasi ilmiah. Ketiga,
identifikasi lembaga yang menerbitkan publikasi karya ilmiah beserta domisili
dan waktu diterbitkan.
31. Teknik Notasi Ilmiah
Tanda catatan kaki diletakkan diujung kalimat yang kita
kutip dengan mempergunakan kata arab yang diketik naik setengah spasi. Terdapat
perbedaan notasi bagi penulisan sumber dalam referensi pada catatan kaki dan
referensi daftar pustaka. Tujuan utama dari catatan kaki adalah
mengidentifikasi lokasi yang spesifik dari karya yang dikutip. Tujuan daftar
pustaka adalah mengidentifikasikan karya ilmiah itu sendiri.
32. Hakikat Dan Kegunaan Ilmu
Dulu pengetahuan begitu juga
ilmu, tidak mempunyai kegunaan praktis melainkan estetis. Pengetahuan lebih
ditunjukkan pada kepuasan jiwa bukan sebagai konsep untuk memecahkan
masalah. Ilmu sekedar pengetahuan yang harus bias dihafal agar bias
dikemukakan waktu berdebat. Pengetahuan yang dikuasai harus mencakup bidang
yang luas agar masalah yang muncul kita bias ikut debat. Kemampuan mengutip
teori ilmiah yang bersifat estetis berkembang menjadi status social. Penempatan
ilmu dalam fungsi estetis pada zama yunani kuno disebabkan filsafat mereka yang
memandang rendah pekerjaan yang bersifat praktis. Ilmu tidak berfungsi sebagai
pengetahuan yang diterapkan dalam memecahkan masalah sehari-hari melainkan
sekedar dikenal dan dikonsumsi. Tingkat kepercayaan seseorang dan masyarakat
memang berbeda, kepercayaan seseorang tergantung pada pendidikan, kepercayaan
masyarakat tergantung kepada kebudayaan.
REENSI BUKU FILSAFAT (Jujun S. Suriasumantri "Sebuah
Pengantar Populer")
Diresensi
oleh :
MUSHYANUR, S.Pd
IDENTITAS BUKU
FILSAFAT ILMU
Sebuah Pengantar Populer
Oleh : Jujun S. Suriasumantri
Dengan Kata Pengantar : Andi Hakim Nasution
ISBN 978-979-416-899-8
84 UM 02
Disain sampul : Natasa T
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan,
Anggota IKAPI Jakarta
BIOGRAFI PENULIS
JUJUN SUPARJAN SURIASUMANTRI
Lahir di Tasikmalaya tanggal 9 April 1940. Setelah melalui pendidikan SD V, SMP III dan SMA II yang semuanya berada di Bandung, kemudian melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor (IPB), dan lulus dalam tahun 1969. Selama menjadi mahasiswa aktif dalam berbagai kegiatan nonkeilmuan seperti ketua teater, sutrdara drama, ketua MAPRAM IPB, dirigen orkes angklung IPB dan aksi-aksi mahasiswa. Pada tahun 1971 melanjutkan studi ke Harvard University dengan beasiswa Unesco dan lulus sebagai doctor dalam Perencanaan Pendidikan dengan spesialisasi system analisis dan PPBS dalam tahu 1975.
Pengalaman dalam pekerjaan antara lain sebagai teaching assistant (1972) dan research assistant (1973) di Harvard University, dosen tataniaga (1969-1971) dan manajemen (1975-1980) di IPB, staf ahli pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K) Departemen P dan K (1975-1980) dan pernah menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Panitia Penyusunan Rencana Strategi (1976) dan Repelita – II (1976-1978) Depdikbud, anggota Kelompok Kerja bidang Kebudayaan Mendikbud (1984), anggota kelompok kerja Pengumpulan Materi GBHN 1988, Dewan Pertahanan Keamanan Nasional (1985) serta dosen Metodologi Penelitian di Sekolah (sejak 1981) dan Lemhannas (sejak . 1982). Sekarang menjabat sebagai Pembantu Rektor bidang Akademik dan Ketua Program dokto Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta.
Buku yang telah diterbitkan adalah ilmu dalam perspektif (Jakarta: Gramedia, 1978), System Thinking (Bandung: Binacipta, 1981) dan A Lesson from Experience (Bandung : Binacipta, 1984). Keanggotaan professional teramsuk Operations research Society of America (ORSA), Phideta Kappa, International Society of Educational Planner, the institute of management Science dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu social.
Menikah dengan Nina Dachliana dan berputra Donni Iqbal Suriasumatri.
Dengan kecintaan yang sama
Kutulis sajak-sajak
Bagi profesor-profesor metafisika
Seperti kesungguhan
Membualkannya
Pada seorang kanak-kanak..........
(Jujun S. Suriasumantri, ”A Gift of Love”,
Alma Mater, majalah Keluarga Mahasiswa
IPB, Nomor 6, April 1970.
Dalam buku yang ditulis Jujun Suparjan Suriasumantri ini, ia menujukan kepada :
Profesor Arthur Smitheis (Harvard University) dan
Donnial Iqbal Suriasumantri (Taman Kanak-Kanak Bhakti Idhata, Cilandak Kebayoran Baru, Jakarta).
MUSHYANUR, S.Pd
IDENTITAS BUKU
FILSAFAT ILMU
Sebuah Pengantar Populer
Oleh : Jujun S. Suriasumantri
Dengan Kata Pengantar : Andi Hakim Nasution
ISBN 978-979-416-899-8
84 UM 02
Disain sampul : Natasa T
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan,
Anggota IKAPI Jakarta
BIOGRAFI PENULIS
JUJUN SUPARJAN SURIASUMANTRI
Lahir di Tasikmalaya tanggal 9 April 1940. Setelah melalui pendidikan SD V, SMP III dan SMA II yang semuanya berada di Bandung, kemudian melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor (IPB), dan lulus dalam tahun 1969. Selama menjadi mahasiswa aktif dalam berbagai kegiatan nonkeilmuan seperti ketua teater, sutrdara drama, ketua MAPRAM IPB, dirigen orkes angklung IPB dan aksi-aksi mahasiswa. Pada tahun 1971 melanjutkan studi ke Harvard University dengan beasiswa Unesco dan lulus sebagai doctor dalam Perencanaan Pendidikan dengan spesialisasi system analisis dan PPBS dalam tahu 1975.
Pengalaman dalam pekerjaan antara lain sebagai teaching assistant (1972) dan research assistant (1973) di Harvard University, dosen tataniaga (1969-1971) dan manajemen (1975-1980) di IPB, staf ahli pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K) Departemen P dan K (1975-1980) dan pernah menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Panitia Penyusunan Rencana Strategi (1976) dan Repelita – II (1976-1978) Depdikbud, anggota Kelompok Kerja bidang Kebudayaan Mendikbud (1984), anggota kelompok kerja Pengumpulan Materi GBHN 1988, Dewan Pertahanan Keamanan Nasional (1985) serta dosen Metodologi Penelitian di Sekolah (sejak 1981) dan Lemhannas (sejak . 1982). Sekarang menjabat sebagai Pembantu Rektor bidang Akademik dan Ketua Program dokto Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta.
Buku yang telah diterbitkan adalah ilmu dalam perspektif (Jakarta: Gramedia, 1978), System Thinking (Bandung: Binacipta, 1981) dan A Lesson from Experience (Bandung : Binacipta, 1984). Keanggotaan professional teramsuk Operations research Society of America (ORSA), Phideta Kappa, International Society of Educational Planner, the institute of management Science dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu social.
Menikah dengan Nina Dachliana dan berputra Donni Iqbal Suriasumatri.
Dengan kecintaan yang sama
Kutulis sajak-sajak
Bagi profesor-profesor metafisika
Seperti kesungguhan
Membualkannya
Pada seorang kanak-kanak..........
(Jujun S. Suriasumantri, ”A Gift of Love”,
Alma Mater, majalah Keluarga Mahasiswa
IPB, Nomor 6, April 1970.
Dalam buku yang ditulis Jujun Suparjan Suriasumantri ini, ia menujukan kepada :
Profesor Arthur Smitheis (Harvard University) dan
Donnial Iqbal Suriasumantri (Taman Kanak-Kanak Bhakti Idhata, Cilandak Kebayoran Baru, Jakarta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar